Tarif Tol Naik: Hunian Strategis Dekat KRL-LRT Lebih Laku
Belakangan, tarif Tol BSD dan Tol Dalam Kota mengalami kenaikan. Penyesuaian ini memperhitungkan keseimbangan kemampuan pengguna tol dalam membayar, pengembalian investasi, serta peningkatan Standar Pelayanan Minimal (SPM) . Lalu kenaikan ini menjadi tambahan pengeluaran rutin bagi masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi untuk bekerja di Jakarta.
Baca – Artikel Terkait
Dampak Kenaikan Tarif Tol bagi Warga Tangerang Selatan
Bagi masyarakat Tangerang Selatan (Tangsel) yang bekerja di Jakarta, kenaikan di BSD ini menambah beban pengeluaran. Kenaikan tarif berlaku di beberapa gerbang, seperti Pondok Ranji dan Serpong . Kemudian kenaikan ini membuat warga harus merogoh kocek lebih dalam, terutama bagi mereka yang rutin bepergian menggunakan jalur tol.
Berikut adalah tarif baru Tol BSD:
- Golongan I: Rp 11.000
- Kemudian Golongan II & III: Rp 16.500
- Terakhir Golongan IV & V: Rp 19.000
Tarif Tol Dalam Kota Juga Mengalami Kenaikan
Selain Tol BSD, tarif Tol Dalam Kota juga mengalami kenaikan sesuai dengan Keputusan Menteri PUPR No. 2130/KPTS/M/2024 . Tarif yang berlaku untuk Golongan I hingga V mengalami kenaikan signifikan. Misalnya, untuk Golongan I naik menjadi Rp 11.000 dari sebelumnya Rp 10.500.
Properti Dekat Transportasi Massal Semakin Diminati
Menurut pengamat properti Steve Sudijanto, kenaikan tarif ini menjadi salah satu pertimbangan penting bagi masyarakat dalam memilih lokasi hunian. Mereka yang merasa terbebani dengan biaya tol akan mulai mencari alternatif transportasi umum seperti KRL, MRT, dan LRT . Ini membuat properti yang terletak dekat dengan sarana transportasi massal semakin diminati.
“Orang akan lebih jeli memilih properti yang dekat dengan transportasi massal daripada hanya akses tol,” jelas Steve Sudijanto .
Penurunan Daya Beli Rumah Akibat Kenaikan Tarif Tol
Kenaikan ni ijuga memperburuk daya beli masyarakat, terutama bagi golongan menengah. Pengamat properti Ali Tranghanda menyatakan bahwa kenaikan biaya transportasi, termasuk tol, dapat menekan kemampuan masyarakat untuk membeli rumah . Selain itu, banyak yang akan menunda rencana membeli rumah karena mengutamakan kebutuhan pokok lainnya.
“Pada akhirnya, kalangan menengah ini yang makin kesulitan membeli rumah karena sebagian besar penghasilan mereka habis untuk konsumsi sehari-hari,” jelas Ali Tranghanda.
Sumber: Detik.com