Statistik Ungkap Mengapa Penjualan Rumah di Indonesia Lesu
Statistik penjualan rumah pada triwulan II 2024, penjualan rumah mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama pada rumah tipe kecil yang mencatat penurunan cukup signifikan. “Penjualan properti residensial di pasar primer tercatat tumbuh sebesar 7,30% (yoy), melambat dibandingkan penjualan triwulan sebelumnya sebesar 31,16% (yoy). Perlambatan penjualan rumah primer tersebut terjadi pada seluruh tipe rumah, terutama pada rumah tipe kecil,” ujar Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, sebagaimana terkutip dari situs resmi Bank Indonesia, Minggu (18/8/2024).
Baca – Artikel Terkait
Penjualan Rumah Triwulan II 2024 dari Statistik yang Ada
Berdasarkan Survei Harga Properti Residensial di Pasar Primer Triwulan II 2024 dari data statistik, penjualan properti residensial secara tahunan masih menunjukkan pertumbuhan, meskipun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Penjualan rumah tipe kecil melambat dari 37,84% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,51% (yoy). Sementara itu, penjualan rumah tipe menengah turun dari 13,57% (yoy) menjadi 3,01% (yoy), dan tipe besar mengalami perlambatan dari 48,51% (yoy) menjadi 27,41% (yoy).
Perlambatan ini perkiraannya terjadi akibat berbagai hambatan dalam pengembangan dan pemasaran properti. Beberapa faktor yang menghambat tersebut antara lain kenaikan harga bangunan sebesar 35,10%, masalah perizinan sebesar 24,48%, suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebesar 22,81%, serta tingginya proporsi uang muka dalam pengajuan KPR sebesar 17,61%.
Selain itu, perlambatan tahunan ini juga ada akibat oleh kontraksi penjualan rumah selama triwulan II 2024 yang tercatat mengalami penurunan sebesar 12,80% (qtq). Kondisi ini terutama terpengaruh oleh kontraksi penjualan rumah tipe kecil dan menengah yang masing-masing menurun sebesar 16,68% dan 13,68%. Sementara itu, rumah tipe besar relatif stabil dan berhasil menahan penurunan yang lebih dalam dengan pertumbuhan sebesar 5,08%.
Sumber: Detik.com – detikproperti
Penjualan Rumah 2 Bulan Terakhir
Selama dua bulan terakhir, penjualan properti, khususnya di sektor residensial, mengalami perlambatan yang cukup signifikan. Hal ini terutama terlihat pada penjualan rumah tipe kecil dan menengah yang mengalami kontraksi tajam. Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi ini antara lain peningkatan biaya pembangunan, masalah perizinan. Kemudian juga suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang terus naik. Peningkatan harga bangunan, yang mencapai lebih dari 35%, juga menjadi hambatan besar bagi pengembang dalam mengeksekusi proyek baru. Sementara persyaratan uang muka yang tinggi membuat konsumen berpikir dua kali sebelum mengambil keputusan untuk membeli properti.
Sektor properti besar yang sebelumnya menjadi penopang utama penjualan juga mulai menunjukkan tanda-tanda pelambatan. Meskipun masih lebih stabil jika terlihat dari sektor lainnya. Ketidakpastian ekonomi dan kenaikan suku bunga yang mempengaruhi daya beli konsumen. Hal itu menjadi faktor utama yang menyebabkan penurunan penjualan properti dalam dua bulan terakhir.
Secara keseluruhan, meskipun masih ada pertumbuhan. Terjadi perlambatan yang terjadi dua bulan terakhir ini mengindikasikan bahwa sektor properti berada di bawah tekanan besar. Investor dan pengembang properti harus lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan bisnis ke depannya. Mengingat tantangan yang ada dalam menjaga momentum pertumbuhan di tengah kondisi pasar yang tidak stabil.